Agustiar Sabran Tegaskan Pembangunan Inklusif, Jangkau Semua Elemen

PENAKALTENG, Gunung Mas – Di tengah langit cerah Gunung Mas, perayaan Hari Jadi ke-23 kabupaten ini menjadi panggung politik penting bagi Gubernur Kalimantan Tengah H. Agustiar Sabran. Bukan sekadar upacara, Sabran menjadikan momentum ini untuk mengukuhkan narasi “kepemimpinan berkeadilan” yang menjangkau seluruh elemen masyarakat – lintas suku, agama, dan wilayah.

Berbicara dari podium upacara di halaman Kantor Bupati, Sabran tak hanya menyampaikan pidato seremonial. Dengan nada personal dan menyentuh, ia menyatakan:

“Saya bukan gubernur satu kelompok tertentu. Saya adalah gubernur untuk seluruh masyarakat Kalimantan Tengah yang beragam suku dan agama.”

Tepuk tangan dari para peserta upacara bukan sekadar respons biasa. Di balik pernyataan itu, terselip sinyal kuat bahwa kepemimpinannya berorientasi pada rekonsiliasi dan pemerataan.

Tema peringatan tahun ini, “Pembangunan Infrastruktur yang Berkelanjutan,” menjadi pintu masuk bagi Sabran untuk menegaskan komitmennya dalam membenahi konektivitas wilayah. Salah satu proyek strategis, ruas jalan Palangka Raya – Kuala Kurun, diklaim sudah mencapai 100% operasional, meskipun tahap pengaspalan masih berlangsung.

“InsyaAllah ke depan waktu tempuh bisa menjadi dua setengah jam. Ini bukan hanya soal kecepatan, tapi soal kemajuan yang merata,” ucapnya.

Kebijakan pembatasan tonase kendaraan di atas 10 ton juga diberlakukan demi melindungi infrastruktur yang baru dibangun—sebuah langkah yang menyeimbangkan pembangunan dengan keberlanjutan.

Namun Sabran tak ingin hanya dikenang lewat pembangunan fisik. Ia memperkenalkan program sosial baru bernama Kartu Huma Betang, yang akan diluncurkan pada 2026. Program ini digagas untuk menjamin perlindungan sosial bagi masyarakat pedalaman—mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga bantuan pangan.

“Kami ingin semua program tepat sasaran dan tepat regulasi,” tegasnya.

Dalam penutup sambutannya, Gubernur Sabran merangkai pesan identitas yang kuat. Ia menggarisbawahi visi bersama dengan Wakil Gubernur Edy Pratowo, yakni membangun Kalimantan Tengah dengan semangat “menggatang utus” — nilai gotong royong khas Dayak.

Tujuannya jelas: menjadikan Kalimantan Tengah tidak hanya setara secara ekonomi, tapi juga bermartabat secara budaya dan sosial.

Momentum HUT Gunung Mas ke-23 menjadi gambaran jelas bagaimana Agustiar Sabran mulai membangun citra kepemimpinan berbasis nilai lokal dan keadilan sosial. Ia tak hanya bicara pembangunan fisik, tetapi juga menyentuh ranah identitas, hak sosial, dan kesetaraan.

Dengan pendekatan ini, Sabran memberi sinyal kuat bahwa pemerintahannya tidak hanya akan diukur dari kilometer jalan yang dibangun, tetapi dari sejauh mana ia mampu menjangkau dan menyatukan seluruh lapisan masyarakat Kalimantan Tengah. (mmc kalteng/ss)

Comments (0)
Add Comment