PENAKALTENG, Palangka Raya – Memasuki musim kemarau panjang, ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menghantui Kalimantan Tengah. Di tengah potensi cuaca ekstrem dan perubahan iklim global, kesiapsiagaan kolektif antara pemerintah dan masyarakat dinilai menjadi faktor penentu dalam mencegah bencana.
Langkah Pemerintah Kota Palangka Raya menetapkan status siaga darurat Karhutla sejak dini menjadi sinyal kuat bahwa mitigasi risiko terus menjadi prioritas. Menurut Anggota Komisi III DPRD Kota Palangka Raya, Hasan Busyairi, penanganan Karhutla tidak boleh bergantung pada kondisi cuaca yang belum tentu konsisten.
“Sudah hampir dua tahun kita relatif aman dari Karhutla besar, tapi ini bukan berarti kita bisa lengah. Kesiapan sumber daya dan keterlibatan warga tetap jadi faktor utama,” ujarnya, Senin (28/7/2025).
Hasan menilai, keberhasilan dua tahun terakhir tidak lepas dari sistem penanganan terpadu yang melibatkan lintas sektor, termasuk aparat, pemerintah provinsi, hingga masyarakat tingkat kelurahan. Pola pengawasan wilayah rawan yang berbasis komunitas juga dinilai efektif dalam deteksi dini.
“Yang penting bukan hanya alat dan pasukan, tapi bagaimana semua unsur—termasuk warga—berperan aktif. Karhutla itu urusan bersama,” tegasnya.
Ia menambahkan, komunikasi dan edukasi di tingkat lokal merupakan fondasi kuat untuk membangun kesadaran kolektif. Kesiapsiagaan harus menjadi budaya, bukan sekadar reaksi terhadap bencana yang sudah terjadi.
Dengan tantangan iklim yang kian tak menentu, sinergi antara pemerintah dan masyarakat disebut Hasan sebagai tameng utama agar Palangka Raya tetap bebas dari bencana asap seperti yang pernah terjadi di masa lalu. (ss)