PENAKALTENG, Gunung Mas – Baru seratus hari menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Tengah, H. Agustiar Sabran mulai menunjukkan arah kepemimpinan yang menekankan pendekatan langsung ke masyarakat. Dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Gunung Mas, Sabtu (21/06/2025), Agustiar tak hanya menyapa warga, tetapi juga mengambil langkah simbolis dan strategis; membagikan bahan pokok (bapok) gratis, mengultimatum soal ijazah siswa, dan menyatakan visi tegas soal pemerataan pendidikan.
Langkah ini bukan sekadar seremoni. Agustiar memimpin langsung upacara Hari Jadi ke-23 Kabupaten Gunung Mas, lalu membuka pasar murah—yang secara tiba-tiba ia ubah menjadi pasar gratis untuk 4.000 paket bapok.
“Kami datang bukan untuk golongan tertentu. Ini untuk seluruh masyarakat Kalteng,” ujarnya, disambut riuh warga.
Kebijakan dadakan untuk membagikan sembako tanpa tebusan dinilai sebagai simbol awal populisme yang kuat. Dengan subsidi Rp131.250 per paket oleh Pemprov, keputusan Agustiar untuk menggratiskannya menunjukkan keberanian fiskal sekaligus pesan politik: pemerintah hadir di tengah kesulitan rakyat.
Tak berhenti di situ, Gubernur juga menyampaikan ultimatum bagi sekolah yang menahan ijazah siswa karena tunggakan.
“Kalau ada yang begitu, laporkan langsung ke Gubernur,” tegasnya kepada para siswa SMAN 1 Kuala Kurun.
Wakil Gubernur Edy Pratowo melengkapi narasi dengan menjelaskan bahwa 100 hari pertama ini hanya pembuka. Fokus selanjutnya adalah konektivitas: jalan aspal dari Palangka Raya ke Gunung Mas. “Kita ingin dua jam perjalanan bisa terwujud. Tanah harus diganti aspal,” tegas Edy.
Dari sisi sumber daya manusia, program “Satu Keluarga, Satu Sarjana” diperkuat lewat kemitraan dengan 32 perguruan tinggi di Palangka Raya. Beasiswa penuh disiapkan.
“Tak ada lagi alasan anak-anak Kalteng tidak kuliah,” katanya.
Kunjungan ke Gunung Mas lebih dari sekadar agenda seremonial. Ini adalah sinyal dari Gubernur Agustiar Sabran bahwa kepemimpinannya akan bersandar pada kehadiran nyata dan kebijakan yang langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat—pangan, pendidikan, dan infrastruktur.
Gaya ini memperlihatkan bahwa arah lima tahun ke depan akan banyak ditentukan dari gerakan-gerakan awal yang langsung ke akar rumput. Politik lapangan ala Agustiar bisa jadi akan menjadi ciri khas periode ini: dekat rakyat, cepat ambil keputusan, dan penuh simbol sosial yang kuat. (mmc kalteng/ss)