PENAKALTENG, Palangka Raya – Perempuan tak lagi hanya menjadi pelengkap dalam pembangunan, tetapi kini diakui sebagai kekuatan strategis yang mendorong kemajuan daerah. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Gubernur Kalimantan Tengah H. Edy Pratowo saat mengukuhkan kepengurusan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Kalimantan Tengah Masa Bakti 2025–2030 di Aula Jayang Tingang, Rabu (27/8/2025).
Dengan tema “Perempuan Berdaya, Wujudkan Kalimantan Tengah Berkah dan Maju,” acara ini juga dirangkaikan dengan orientasi organisasi wanita se-Kalimantan Tengah, menandai awal baru sinergi antarlembaga perempuan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Mewakili Gubernur Agustiar Sabran, Wagub Edy Pratowo menekankan bahwa BKOW merupakan mitra strategis dalam memperkuat pilar-pilar pembangunan, mulai dari ketahanan keluarga hingga penguatan ekonomi mikro perempuan.
“BKOW bukan sekadar forum organisasi wanita. Ini adalah ruang konsolidasi ide, kolaborasi aksi, dan kekuatan moral dalam pembangunan daerah yang inklusif dan berkeadilan,” ujar Edy.
Ia menambahkan, pemerintah daerah sangat membutuhkan peran aktif organisasi perempuan dalam mendorong program prioritas, seperti penurunan angka stunting, pemberdayaan ekonomi berbasis keluarga, serta penguatan peran ibu dalam pendidikan karakter anak.
Perempuan Kuat, Keluarga Tangguh, Bangsa Maju
Penasehat BKOW Provinsi Kalteng, Aisyah Thisia Agustiar Sabran, dalam sambutannya menegaskan pentingnya membuka ruang lebih luas bagi keterlibatan perempuan dalam pembangunan.
“Ketika perempuan diberdayakan dan diberi tempat, maka yang lahir adalah generasi berkualitas, keluarga harmonis, dan masyarakat sejahtera. BKOW harus menjadi lokomotif yang menggerakkan sinergi ini,” ujarnya.
Aisyah juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas organisasi dan komunikasi yang baik antara BKOW dan pemerintah daerah agar program yang dilahirkan benar-benar berdampak di akar rumput.
Ketua Baru BKOW: Fokus pada Aksi, Bukan Seremoni
Ketua BKOW Kalteng 2025–2030 yang baru dikukuhkan, Nunu Andriani Edy Pratowo, menegaskan arah program BKOW ke depan akan bersifat implementatif dan terukur.
“Kita tidak boleh hanya berhenti di seremoni. BKOW harus hadir sebagai solusi—terutama dalam isu strategis seperti stunting, kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta pemberdayaan ekonomi perempuan,” tegas Nunu.
Ia juga menyoroti pentingnya menyinergikan program dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di 13 kabupaten dan 1 kota agar langkah BKOW tidak berjalan sendiri, tetapi terkoordinasi dan berbasis kebutuhan lokal.
Pengukuhan ini bukan hanya seremonial kepengurusan, tetapi menjadi momentum kebangkitan gerakan perempuan di Kalimantan Tengah. Hadirnya berbagai tokoh perempuan dari lintas organisasi—seperti Dharma Wanita, Bhayangkari, dan Ikatan Adhyaksa Dharmakarini—menunjukkan kekuatan kolektif perempuan dalam menopang pembangunan yang berkelanjutan. (mmckalteng/ss)