PENAKALTENG, Muara Teweh – Pemerintah Kabupaten Barito Utara secara resmi menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Banjir mulai 22 April hingga 5 Mei 2025, melalui Keputusan Bupati Nomor 188.45/144/2025 yang ditandatangani oleh Penjabat (Pj) Bupati Drs. Muhlis. Penetapan ini memungkinkan percepatan mobilisasi bantuan dan pembukaan akses logistik yang terputus.
“Banjir ini berdampak luas, bukan hanya ke permukiman warga, tapi juga perekonomian lokal. Kami fokus pada penyelamatan jiwa, sekaligus percepatan pemulihan aktivitas ekonomi,” ujar Muhlis saat mengunjungi posko banjir dan pusat logistik di Kelurahan Jambu, Selasa (22/4).
Tiga kecamatan terdampak berat—Teweh Tengah, Teweh Baru, dan Lahei—merupakan wilayah padat aktivitas ekonomi dan pertanian. Dengan akses jalan yang terputus, distribusi hasil pertanian dari desa ke pasar menjadi terhambat, membuat petani mengalami kerugian.
Sementara itu, aktivitas bongkar muat di pelabuhan kecil Sungai Barito juga terhenti akibat arus deras dan naiknya permukaan air. Sopir truk dan ojek pangkalan di sekitar terminal mengaku kehilangan penghasilan harian sejak banjir terjadi.
Pemerintah daerah menginstruksikan BPBD, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan untuk mempercepat distribusi bantuan logistik, membuka dapur umum, dan mengevakuasi warga dari wilayah terisolasi. Koordinasi dengan TNI/Polri dan relawan terus dilakukan untuk menjangkau daerah yang sulit diakses.
Dengan ditetapkannya status tanggap darurat, Barito Utara kini bisa mengakses dana darurat provinsi dan pusat untuk mempercepat pemulihan infrastruktur, termasuk jalan, jembatan, dan fasilitas umum.
Namun bagi warga yang menggantungkan hidup dari usaha harian, setiap hari tertunda adalah kerugian yang nyata.
“Banjir ini bikin kita terhenti. Mudah-mudahan cepat surut, biar bisa cari nafkah lagi,” kata Ruslan, pengemudi ojek perahu yang kini ikut membantu evakuasi warga secara sukarela.
Banjir besar yang melanda Kabupaten Barito Utara sejak awal pekan ini tak hanya merendam permukiman, tetapi juga melumpuhkan aktivitas ekonomi warga. Sejumlah pasar tradisional tergenang, jalur distribusi barang terganggu, dan harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik.
Pedagang sayur di Pasar Muara Teweh, Lina (37), mengaku tidak bisa berjualan sejak Senin lalu karena kiosnya terendam air setinggi lutut.
“Sayur busuk, barang nggak bisa masuk. Banyak yang rugi, apalagi pedagang kecil,” katanya seraya berharap banjir bisa segera surut dan aktivitas ekonomi normal kembali. (bvs)