PENAKALTENG, Muara Teweh – Kenaikan drastis permukaan air Sungai Barito hingga mencapai ±13,45 meter pada Jumat (18/4) pagi, membuat kehidupan masyarakat yang bergantung pada sungai terganggu. Bukan hanya lalu lintas pelayaran yang dibatasi, tetapi juga aktivitas ekonomi warga yang terpaksa tertunda.
Salah satu awak kapal tugboat, Jufri (42), mengaku sudah dua hari tidak bisa berlayar lantaran permukaan air yang tinggi dan arus sungai yang semakin deras.
“Biasanya pagi kami sudah jalan angkut bahan bangunan ke hilir, tapi sekarang disuruh berhenti dulu. Kalau lama begini, ya pemasukan kami juga mandek,” ujarnya sambil duduk di dermaga UPT Muara Teweh.
Hal senada juga dirasakan oleh Yanti (35), pedagang kelontong yang biasa memasok barang dagangan ke desa-desa sepanjang aliran sungai. Ia mengatakan, penundaan pelayaran berdampak langsung pada pengiriman barang dagangannya.
“Kalau kapal nggak jalan, dagangan saya nggak sampai ke pelanggan. Mereka nunggu di kampung, saya di sini juga bingung harus gimana,” keluh Yanti.
Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Utara sebelumnya mengeluarkan imbauan resmi agar pelayaran di bawah Jembatan KH Hasan Basri ditunda sementara. Hal ini dilakukan karena tinggi muka air mencapai batas yang dianggap berbahaya, yakni ±13,45 meter, naik sekitar ±15 cm dibandingkan malam sebelumnya.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Barito Utara, Mihrab Buanapati, imbauan tersebut dikeluarkan demi keselamatan semua pihak.
“Kami paham ini berdampak pada banyak pihak, tapi keselamatan harus jadi prioritas. Kita tidak ingin ada insiden kapal menabrak jembatan,” tegas Mihrab.
Meski demikian, ada pengecualian bagi kapal berukuran kecil hingga sedang, seperti SPB ≤250 feet atau tongkang ≤180 feet, namun hanya diizinkan beroperasi di atas pukul 12.00 siang dan 11.00 malam di titik-titik tertentu.
Untuk saat ini, para pekerja sungai, nakhoda kapal, dan warga yang menggantungkan hidup dari aktivitas sungai, hanya bisa berharap kondisi segera kembali normal agar roda ekonomi bisa kembali berputar.
“Kami bukan nggak mau patuh, cuma ya kalau bisa cepat-cepat normal lagi. Hidup kami di sungai, jadi ya sungai tenang, kami juga tenang,” tutur Jufri menutup perbincangan. (bvs)