Gaji di Bawah UMR, Harapan Pekerja Bertumpu pada BSU 2025

PENAKALTENG, Palangka Raya – Di tengah harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, sebagian besar pekerja di Palangka Raya masih hidup dengan upah yang jauh dari layak. Untuk mereka yang penghasilannya di bawah Upah Minimum Regional (UMR), program Bantuan Subsidi Upah (BSU) dari pemerintah pusat yang akan disalurkan mulai 5 Juni 2025 menjadi secercah harapan.
“Kadang gaji cuma cukup buat makan dan bayar kos. Kalau ada sakit atau kebutuhan mendadak, bingung,” kata Nisa (27), seorang kasir toko di kawasan Pasar Besar. Dengan gaji Rp2,8 juta per bulan, ia masuk kategori pekerja yang berhak menerima BSU.
Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya kini bergerak cepat memastikan data pekerja seperti Nisa benar-benar terdata. Wakil Wali Kota Achmad Zaini menyampaikan bahwa validasi data menjadi fokus utama agar BSU benar-benar menyasar mereka yang membutuhkan.
“Penguatan data di lapangan menjadi krusial, agar program subsidi upah ini tepat sasaran,” tegas Zaini, Sabtu (31/5).
BSU 2025 dirancang untuk meringankan beban pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta per bulan dan yang terdaftar aktif di BPJS Ketenagakerjaan. Bantuan ini diberikan sebesar Rp150 ribu per bulan selama dua bulan, dengan total Rp300 ribu per penerima.
Namun di balik distribusi bantuan, Zaini menyoroti akar persoalan sebenarnya—minimnya kepatuhan pelaku usaha terhadap standar UMR. Ia menilai, gaji yang tak sesuai ketentuan bukan hanya persoalan hukum, tapi juga berdampak langsung pada kualitas hidup pekerja dan stabilitas sosial.
“Kami terus mengimbau para pengusaha untuk mengikuti ketentuan UMR. Gaji yang terlalu rendah merugikan pekerja dan menurunkan produktivitas,” tambahnya.
Meski begitu, Pemko memahami tantangan yang dihadapi sebagian pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama pasca-pandemi dan tekanan ekonomi global. Karena itu, penyaluran BSU juga dimaksudkan sebagai penyangga sementara, sembari mendorong kepatuhan upah secara jangka panjang.
Bagi pekerja seperti Nisa, BSU memang bukan solusi permanen. Tapi dalam situasi ekonomi serba sulit, bantuan tersebut cukup untuk sekadar bernapas. “Mungkin bisa buat beli beras atau bayar listrik. Nggak besar, tapi lumayan,” ucapnya pelan. (ss)