Gubernur Agustiar Sabran Ajak Kampus Jadi Mitra Strategis Pembangunan Daerah

PENAKALTENG, Palangka Raya – Pertemuan Gubernur Kalimantan Tengah H. Agustiar Sabran dengan para pimpinan perguruan tinggi se-Kalteng, Jumat (28/11/2025), menjadi ajang konsolidasi besar-besaran untuk menata ulang arah pembangunan pendidikan tinggi Kalimantan Tengah. Tidak hanya membahas beasiswa atau pemerataan akses pendidikan, pertemuan ini menggeser fokus ke hal yang lebih strategis: menjadikan kampus sebagai mitra utama pembangunan daerah, mulai dari peningkatan SDM, riset, hingga penguatan ekonomi daerah.

Suasana santai di Istana Isen Mulang tidak mengurangi keseriusan agenda. Gubernur mengundang lebih dari 30 pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta untuk menyampaikan langsung kebutuhan, hambatan, serta peluang kolaborasi yang bisa mempercepat kemajuan pendidikan tinggi di Bumi Tambun Bungai.

Dalam diskusi, Gubernur Agustiar Sabran menegaskan bahwa percepatan pembangunan Kalteng tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik. Kunci utamanya adalah penguatan SDM. Karena itu, kampus diminta menjadi pusat inovasi dan penggerak perubahan.

“Kita ingin perguruan tinggi mengambil peran lebih besar. Kampus bukan hanya tempat kuliah, tapi pusat lahirnya solusi untuk pembangunan daerah,” ujar Gubernur.

Ia menekankan bahwa kekayaan sumber daya alam Kalteng baru dapat memberikan kesejahteraan jika ditopang oleh SDM yang unggul, riset yang kuat, dan kemitraan dengan industri. Pemerintah pun terus menagih komitmen perusahaan untuk membuka ruang magang, menyediakan CSR berbasis pendidikan, serta menyerap tenaga kerja lokal.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kalteng, Muhammad Reza Prabowo, melaporkan berbagai langkah yang ditempuh untuk membangun ekosistem pendidikan yang lebih merata. Semua SMA/SMK/SKH kini telah terhubung dengan sistem digital. Untuk wilayah yang belum memiliki listrik, digunakan panel surya; sementara desa minim sinyal disokong teknologi satelit.

“Kita ingin ekosistem belajar di Kalteng setara dengan daerah lain. Infrastruktur dasar harus merata dulu agar kampus-kampus juga dapat menerima calon mahasiswa yang siap,” tegas Reza.

Langkah ini dinilai menjadi fondasi penting untuk menyukseskan program unggulan Satu Rumah Satu Sarjana, yang kini telah didukung 34 dari 37 perguruan tinggi di Kalteng.

Plt. Sekda Provinsi Kalteng, Leonard S. Ampung, menambahkan bahwa Kartu Huma Betang Sejahtera (KHBS) akan menjadi instrumen penting dalam menunjang mahasiswa, terutama mereka yang berasal dari wilayah tertinggal. Bantuan hingga Rp2 juta per penerima diarahkan tidak hanya untuk konsumsi jangka pendek tetapi juga mendukung biaya pendidikan.

Sekda menegaskan bahwa komitmen pembangunan selalu dimulai dari daerah terpencil, bukan dari kota besar.

Berbagai perguruan tinggi menyampaikan usulan yang mencerminkan kebutuhan nyata dunia akademik: perluasan jenis beasiswa, termasuk beasiswa prestasi dan bantuan untuk mahasiswa tingkat akhir, pembangunan rusunawa bagi mahasiswa desa dan pesisir, dukungan fasilitas seperti smart board, gedung kuliah, dan laboratorium, penguatan kursus bahasa asing, perluasan program vokasi dan kerja sama magang dengan industri, hibah riset untuk dosen, pertemuan rutin antar kampus dan pemerintah.

Masukan ini memperlihatkan bahwa perguruan tinggi ingin bergerak lebih progresif, tetapi membutuhkan dukungan kebijakan, pendanaan, serta kepastian kerja sama lintas sektor.

Menanggapi seluruh masukan, Gubernur menegaskan bahwa pembangunan SDM adalah tugas bersama. Pemerintah tidak akan mengurangi anggaran pendidikan meski ada efisiensi anggaran.

“Kita ingin mahasiswa Kalteng benar-benar merasakan manfaat program pemerintah. KHBS harus menyentuh semua mahasiswa,” tegasnya.

Ia juga membuka peluang pemberian insentif khusus bagi kampus dan rektor yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan, jika kelak kondisi fiskal memungkinkan.

Penguatan ekosistem pendidikan tinggi melalui pemerataan infrastruktur dasar—listrik, internet, digitalisasi, fasilitas kampus.

Kolaborasi permanen antara kampus, pemerintah, dan dunia usaha melalui CSR dan program vokasi.

Peningkatan kapasitas mahasiswa lewat pendampingan sejak SMA, pelatihan bahasa asing, dan pembukaan kesempatan magang lebih luas. Forum komunikasi rutin minimal tiga bulan sekali sebagai sarana koordinasi kebijakan pendidikan tinggi Kalteng.

Pertemuan di Istana Isen Mulang ini tidak semata-mata tentang beasiswa. Ia menjadi momentum penting membangun sistem pendidikan tinggi yang lebih inklusif, kompetitif, dan selaras dengan kebutuhan pembangunan daerah.

Dengan kolaborasi kuat pemerintah–kampus–industri, Kalimantan Tengah menatap masa depan pendidikan tinggi yang tidak hanya melahirkan lebih banyak sarjana, tetapi juga generasi muda yang siap menjadi penggerak kemajuan Kalteng di setiap sudut desa dan kota. (mmc/ss)